HAL – HAL YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA KENAKALAN REMAJA
Kenakalan remaja dapat ditimbulkan oleh beberapa hal, sebagian di antaranya adalah:
- PENGARUH KAWAN SEPERMAINAN
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah merupakan satu bentuk
prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di
mata teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan
terbatas. Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu, anak
pejabat pemerintah setempat bahkan mungkin pusat atau pun anak orang
terpandang lainnya. Di jaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan
hanya membanggakan si remaja saja tetapi bahkan juga pada orangtuanya.
Orangtua juga senang dan bangga kalau anaknya mempunyai teman bergaul
dari kalangan tertentu tersebut. Padahal, kebanggaan ini adalah semu
sifatnya. Malah kalau tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan
menimbulkan kekecewaan nantinya. Sebab kawan dari kalangan tertentu
pasti juga mempunyai gaya hidup yang tertentu pula. Apabila si anak
akan berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal ataupun orangtua
tidak mampu memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi. Apabila
timbul frustrasi, maka remaja kemudian akan melarikan rasa kekecewaannya
itu pada narkotik, obat terlarang, dan lain sebagainya.Pengaruh kawan
ini memang cukup besar. Dalam Mangala Sutta, Sang Buddha bersabda: “Tak bergaul dengan orang tak bijaksana, bergaul dengan mereka yang bijaksana, itulah Berkah Utama”.
Pengaruh kawan sering diumpamakan sebagai segumpal daging busuk
apabila dibungkus dengan selembar daun maka daun itupun akan berbau
busuk. Sedangkan bila sebatang kayu cendana dibungkus dengan selembar
kertas, kertas itu pun akan wangi baunya. Perumpamaan ini menunjukkan
sedemikian besarnya pengaruh pergaulan dalam membentuk watak dan
kepribadian seseorang ketika remaja, khususnya. Oleh karena itu,
orangtua para remaja hendaknya berhati-hati dan bijaksana dalam
memberikan kesempatan anaknya bergaul. Jangan biarkan anak bergaul
dengan kawan-kawan yang tidak benar. Memiliki teman bergaul yang tidak
sesuai, anak di kemudian hari akan banyak menimbulkan masalah bagi
orangtuanya.
Untuk menghindari masalah yang akan timbul akibat pergaulan, selain
mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai, orangtua
hendaknya juga memberikan kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung
jawab rumah tangga kepada si remaja. Pemberian tanggung jawab ini
hendaknya tidak dengan pemaksaan maupun mengada-ada. Berilah pengertian
yang jelas dahulu, sekaligus berilah teladan pula. Sebab dengan
memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat mengurangi waktu anak
‘kluyuran’ tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui
tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga. Mereka
dilatih untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari.
Mereka dididik untuk mandiri. Selain itu, berilah pengarahan kepada
mereka tentang batasan teman yang baik.
Dalam Digha Nikaya III, 188, Sang Buddha memberikan petunjuk
tentang kriteria teman baik yaitu mereka yang memberikan perlindungan
apabila kita kurang hati-hati, menjaga barang-barang dan harta kita
apabila kita lengah, memberikan perlindungan apabila kita berada dalam
bahaya, tidak pergi meninggalkan kita apabila kita sedang dalam bahaya
dan kesulitan, dan membantu sanak keluarga kita.
Sebaliknya, dalam Digha Nikaya III, 182 diterangkan pula
kriteria teman yang tidak baik. Mereka adalah teman yang akan mendorong
seseorang untuk menjadi penjudi, orang yang tidak bermoral, pemabuk,
penipu, dan pelanggar hukum.
- PENDIDIKAN
Memberikan pendidikan yang sesuai adalah merupakan salah satu tugas
orangtua kepada anak seperti yang telah diterangkan oleh Sang Buddha
dalam Digha Nikaya III, 188. Agar anak dapat memperoleh
pendidikan yang sesuai, pilihkanlah sekolah yang bermutu. Selain itu,
perlu dipikirkan pula latar belakang agama pengelola sekolah. Hal ini
penting untuk menjaga agar pendidikan Agama Buddha yang telah diperoleh
anak di rumah tidak kacau dengan agama yang diajarkan di sekolah.
Berilah pengertian yang benar tentang adanya beberapa agama di dunia.
Berilah pengertian yang baik dan bebas dari kebencian tentang alasan
orangtua memilih agama Buddha serta alasan seorang anak harus mengikuti
agama orangtua, Agama Buddha.Ketika anak telah berusia 17 tahun atau
18 tahun yang merupakan akhir masa remaja, anak mulai akan memilih
perguruan tinggi. Orangtua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar
masa depan si anak berbahagia. Arahkanlah agar anak memilih jurusan
sesuai dengan kesenangan dan bakat anak, bukan semata-mata karena
kesenangan orang tua. Masih sering terjadi dalam masyarakat, orangtua
yang memaksakan kehendaknya agar di masa depan anaknya memilih profesi
tertentu yang sesuai dengan keinginan orangtua. Pemaksaan ini tidak
jarang justru akan berakhir dengan kekecewaan. Sebab, meski memang ada
sebagian anak yang berhasil mengikuti kehendak orangtuanya tersebut,
tetapi tidak sedikit pula yang kurang berhasil dan kemudian menjadi
kecewa, frustrasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali.
Mereka malah pergi bersama dengan kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa
mengenal waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna
obat-obat terlarang.
Anak pasti juga mempunyai hobi tertentu. Seperti yang telah
disinggung di atas, biarkanlah anak memilih jurusan sekolah yang sesuai
dengan kesenangan ataupun bakat dan hobi si anak. Tetapi bila anak
tersebut tidak ingin bersekolah yang sesuai dengan hobinya, maka
berilah pengertian kepadanya bahwa tugas utamanya adalah bersekolah
sesuai dengan pilihannya, sedangkan hobi adalah kegiatan sampingan yang
boleh dilakukan bila tugas utama telah selesai dikerjakan.
- PENGGUNAAN WAKTU LUANG
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan
seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas,
tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu
banyak, pada si remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya
dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan
yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia
melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu.
Seringkali perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja.
Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang
dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya.
Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orangtuanya maupun kawan
sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng
berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat
membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu dimalam hari, mencuri,
merusak, minum minuman keras, obat bius, dan sebagainya.Munculnya
kegiatan iseng tersebut selain atas inisiatif si remaja sendiri, sering
pula karena dorongan teman sepergaulan yang kurang sesuai. Sebab dalam
masyarakat, pada umunya apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup
anggota kelompoknya maka ia akan dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan
pengasingan ini jelas tidak mengenakkan hati si remaja, akhirnya mereka
terpaksa mengikuti tindakan kawan-kawannya. Akhirnya ia terjerumus.
Tersesat.
Oleh karena itu, orangtua hendaknya memberikan pengarahan yang
berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan
merugikan dirinya sendiri, orangtua, maupun lingkungannya. Dalam
memberikan pengarahan, orangtua hendaknya hanya membatasi keisengan
mereka. Jangan terlalu ikut campur dengan urusan remaja. Ada
kemungkinan, keisengan remaja adalah semacam ‘refreshing’ atas
kejenuhannya dengan urusan tugas-tugas sekolah. Dan apabila anak senang
berkelahi, orangtua dapat memberikan penyaluran dengan mengikutkannya
pada satu kelompok olahraga beladiri.
Mengisi waktu luang selain diserahkan kepada kebijaksanaan remaja,
ada baiknya pula orangtua ikut memikirkannya pula. Orangtua hendaknya
jangan hanya tersita oleh kesibukan sehari-hari. Orangtua hendaknya
tidak hanya memenuhi kebutuhan materi remaja saja. Orangtua hendaknya
juga memperhatikan perkembangan batinnya. Remaja, selain membutuhkan
materi, sebenarnya juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Oleh
karena itu, waktu luang yang dimiliki remaja dapat diisi dengan
kegiatan keluarga sekaligus sebagai sarana rekreasi. Kegiatan keluarga
ini hendaknya dapat diikuti oleh seluruh anggota keluarga. Kegiatan
keluarga dapat berupa pembacaan Paritta bersama di Cetiya dalam rumah
ataupun melakukan berbagai bentuk permainan bersama, misalnya scrabble,
monopoli, dan lain sebagainya. Kegiatan keluarga dapat pula berupa
tukar pikiran dan berbicara dari hati ke hati. Misalnya, dengan makan
malam bersama atau duduk santai di ruang keluarga. Pada hari Minggu
seluruh anggota keluarga dapat diajak kebaktian di Vihãra setempat.
Mengikuti kebaktian, selain memperbaiki pola pikir agar lebih positif
sesuai dengan Buddha Dhamma juga dapat menjadi sarana rekreasi. Hal ini
dapat terjadi karena di Vihãra kita dapat berjumpa dengan banyak teman
dan juga dapat berdiskusi Dhamma dengan para Bhikkhu maupun pandita
yang dijumpai. Selain itu, dihari libur, seluruh anggota keluarga dapat
bersama-sama pergi berenang, jalan-jalan ke taman ria atau mal, dan
lain sebagainya.
- UANG SAKU
Orangtua hendaknya memberikan teladan untuk menanamkan pengertian bahwa
uang hanya dapat diperoleh dengan kerja dan keringat. Remaja hendaknya
dididik agar dapat menghargai nilai uang. Mereka dilatih agar
mempunyai sifat tidak suka memboroskan uang tetapi juga tidak terlalu
kikir. Anak diajarkan hidup dengan bijaksana dalam mempergunakan uang
dengan selalu menggunakan prinsip hidup ‘Jalan tengah’ seperti yang
diajarkan oleh Sang Buddha.Ajarkan pula anak untuk mempunyai kebiasaan
menabung sebagian dari uang sakunya. Menabung bukanlah pengembangan
watak kikir, melainkan sebagai bentuk menghargai uang yang didapat
dengan kerja dan semangat.
Pemberian uang saku kepada remaja memang tidak dapat dihindarkan.
Namun, sebaiknya uang saku diberikan dengan dasar kebijaksanaan. Jangan
berlebihan. Uang saku yang diberikan dengan tidak bijaksana akan dapat
menimbulkan masalah. Yaitu:
- Anak menjadi boros
- Anak tidak menghargai uang, dan
- Anak malas belajar, sebab mereka pikir tanpa kepandaian pun uang gampang.
- PERILAKU SEKSUAL
Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang
menguatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak
jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling
berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka
sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi
mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan.
Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk
mendapatkan pacar. Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi
ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu.
Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil.
Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan
tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran
bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan
tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan
dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung
selamanya.Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja
yang sedang jatuh cinta, orangtua hendaknya bersikap seimbang, seimbang
antar pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin
ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi
pengertian agar mereka tidak ketakutan dengan orangtua yang dapat
menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia
makin meningkat, orangtua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada
anak. Namun, tetap harus dijaga agar mereka tidak salah jalan. Menyesali
kesalahan yang telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat.
Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orangtua
dengan anak. Misalnya, ketika orangtua tidak setuju dengan pacar
pilihan si anak. Ketidaksetujuan ini hendaknya diutarakan dengan
bijaksana. Jangan hanya dengan kekerasan dan kekuasaan. Berilah
pengertian sebaik-baiknya. Bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga
untuk menengahinya. Hal yang paling penting di sini adalah adanya
komunikasi dua arah antara orangtua dan anak. Orangtua hendaknya
menjadi sahabat anak. Orangtua hendaknya selalu menjalin dan menjaga
komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa
takut menyampaikan masalahnya kepada orangtua.
Dalam menghadapi masalah pergaulan bebas antar jenis di masa kini,
orangtua hendaknya memberikan bimbingan pendidikan seksual secara
terbuka, sabar, dan bijaksana kepada para remaja. Remaja hendaknya
diberi pengarahan tentang kematangan seksual serta segala akibat baik
dan buruk dari adanya kematangan seksual. Orangtua hendaknya memberikan
teladan dalam menekankan bimbingan serta pelaksanaan latihan kemoralan
yang sesuai dengan Buddha Dhamma. Sang Buddha telah memberikan pedoman
untuk bergaul yang tentunya juga sesuai untuk pegangan hidup para
remaja. Mereka hendaknya dididik selalu ingat dan melaksanakan
Pancasila Buddhis. Pancasila Buddhis atau lima latihan kemoralan ini
adalah latihan untuk menghindari pembunuhan, pencurian, pelanggaran
kesusilaan, kebohongan, dan mabuk-mabukan. Dengan memiliki latihan
kemoralan yang kuat, remaja akan lebih mudah menentukan sikap dalam
bergaul. Mereka akan mempunyai pedoman yang jelas tentang perbuatan
yang boleh dilakukan dan perbuatan yang tidak boleh dikerjakan. Dengan
demikian, mereka akan menghindari perbuatan yang tidak boleh dilakukan
dan melaksanakan perbuatan yang harus dilakukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar